Aplikasi MeshTalk yang Tak Pakai Pulsa, WiFi, Bluetooth, Siap Beralih?
Saat ini telah hadir pesaing baru WhatsApp, yakni aplikasi pesan instan MeshTalk yang gak pakai pulsa, WiFi, Bluetooth. Lalu apakah bakal banyak yang akan beralih dari aplikasi WhatsApp ke MeshTalk? seperti yang kita ketahui keunggulannya adalah gak perlu pakai pulsa, WiFi, Bluetooth.Untuk saat ini revolusi komunikasi via pesan teks makin banyak ada perubahan. Kalau dulu SMS merupakan layanan penting, kemudian saat ini telah digantikan aplikasi layanan pesan instan yang memakai jaringan internet sebagai pengganti pulsa. Lalu inovasi lain juga telah disiapkan oleh vendor smartphone asal China, Oppo. Kini mereka telah memperkenalkan MeshTalk, layanan pesan instan yang gak perlu menggunakan pulsa, paket data, WiFi, ataupun Bluetooth untuk berkirim pesan.
MeshTalk dapat memuat pesan berupa teks, suara, hingga telepon ke sesama ponsel Oppo. Lalu cara mengoneksikan antar pengguna bagaimana? MeshTalk adalah layanan terdesentralisasi dengan memakai sistem end-to-end. Kemudian ia memakai sinyal yang terbenam di dalam perangkat. Kemudian sinyal ini dapat menciptakan area lokal secara ad hoc untuk bisa terhubung antar perangkat Oppo hingga jarak tiga kilometer. Dan perlu kalian ketahui bahwa Oppo mengklaim layanan ini gaka akan banyak mempengaruhi usia baterai.
Bahkan Oppo juga mengklaim aplikasi MeshTalk tetap dapat berfungsi ketika daya ponsel sedang kritis. Menurut Oppo, MeshTalk dapat digunakan untuk IoT, navigasi dalam ruangan, dan marketing. Namun layanan ini belum selesai, karena Oppo masih akan memperbaiki sejumlah hal misalnya konsumsi daya dan kekuatan sinyal.
Untuk saat ini masih belum diketahui kapan layanan ini akan diluncurkan. Oppo juga gak menjabarkan model atau spesifikasi ponsel apa yang dapat dipakai untuk mengakses MeskTalk. Sebab, layanan seperti ini bukanlah baru pertama muncul. Karena pada tahun 2014 lalu, layanan yang sama muncul dengan nama FireChat. Akan tetapi pada saat itu, layanan tersebut masih bertumpu pada koneksi Bluetooth dan peer-to-peer WiFi. Dan perlu kalian ketahui bahwa tanpa disadari WhatsApp Rawan Di-hack untuk Mata-mata, Sebab para peretas atau hacker bisa memasang peranti mata-mata pada ponsel dan gawai lain dengan menggunakan kelemahan pada aplikasi WhatsApp. WhatsApp, yang dipunyai oleh Facebook, menyebutkan peretasan menyasar pada "sejumlah pengguna tertentu" dan dilancarkan oleh "seorang aktor siber yang canggih". Dan sudah dilakukan pembenahannya kemaren.
Penyerangan itu, menurut laporan Financial Times, dikembangkan sebuah perusahaan keamanan Israel bernama NSO Group.
Kemudian WhatsApp mendorong 1,5 juta penggunanya untuk memutakhirkan aplikasi sebagai langkah antisipasi. Serangan peretasan itu sendiri baru ditemukan pada awal bulan ini. Kemudian celah apa yang digunakan? Para peretas menggunakan panggilan suara WhatsApp untuk menjangkau perangkat ponsel seorang target.
Walaupun panggilan itu gak direspons, peranti mata-mata akan terpasang dan, sebagaimana yang dilaporkan FT, panggilan suara itu sering menghilang dari daftar panggilan pada ponsel. Lalu WhatsApp mengatakan kepada BBC bahwa tim keamanannya merupakan pihak pertama yang mengidentifikasi celah tersebut dan berbagi informasi itu kepada sejumlah kelompok pelindung HAM, sejumlah perusahaan keamanan tertentu, dan Departemen Kehakiman AS awal bulan ini.
"Serangan itu memiliki ciri khas sebuah perusahaan swasta yang dilaporkan bekerja sama dengan pemerintah untuk menyampaikan peranti mata-mata yang mengambil alih fungsi-fungsi sistem operasi telepon seluler," sebut WhatsApp dalam catatan untuk para wartawan.
Lalu siapakah di balik perangkat lunak Ini? NSO Group merupakan sebuah perusahaan Israel yang di masa lalu dirujuk sebagai "penjual senjata siber". Perangkat lunak buatan mereka, Pegasus, memiliki kemampuan mengumpulkan data sensitif dari gawai milik orang yang menjadi target, termasuk menangkap data melalui mikrofon dan kamera serta mengumpulkan data lokasi. Dalam pernyataan resmi, perusahaan itu menyebut: "Teknologi NSO diberi lisensi oleh badan pemerintah yang berwenang untuk tujuan memerangi kejahatan dan teror.
Namun "Perusahaan tidak mengoperasikan sistem itu, dan telah melalui proses lisensi dan seleksi ketat, aparat hukum dan intelijen menentukan bagaimana memakai teknologi ini guna mendukubg misi-misi keselamatan publik. Kami menyelidiki setiap tuduhan kredibel mengenai penyalahgunaan dan kalau diperlukan, kami mengambil tindakan, termasuk mematikan sistem.
"NSO tidak boleh terlibat dalam pengoperasian atau identifikasi target yang dilakukan teknologinya, yang dioperasikan oleh badan penegakan hukum dan intelijen. NSO tidak bisa dan tidak ingin memakai teknologinya secara sepihak untuk menyasar orang atau organisasi manapun."
Lalu siapa sebagai sasarannya?
Jadi WhatsApp mengatakan terlalu dini untuk mengetahui berapa banyak jumlah pengguna yang terdampak oleh celah dalam aplikasi tersebut. Walaupun demikian, perusahaan itu menambahkan, pihak-pihak yang diduga terpapar serangan merupakan pihak yang sangat penting. Sebagai contoh salah satunya adalah Amnesty International, yang menyatakan telah menjadi sasaran peranti ciptaan NSO Group pada masa lalu, mengatakan serangan itu merupakan salah satu yang dikhawatirkan bakal terwujud.
Karena bahayanya "Mereka dapat menginfeksi telepon kalian tanpa kalian melakukan tindakan apapun," kata Danna Ingleton, wakil direktur program untuk Amnesty Tech. Sebab menurutnya, ada banyak bukti bahwa peranti itu dipakai rezim-rezim untuk mengawasi aktivis dan jurnalis ternama.
Jadi memang "Harus ada pertanggung jawaban untuk hal ini. Industri ini gak bisa terus berlanjut dengan kerahasiaan dan seperti Wild West."
Pada Selasa (14/5/2019), pengadilan di Tel Aviv akan mendengarkan petisi Amnesty International yang menyeru kepada menteri pertahanan Israel untuk mencabut lisensi NSO Group untuk mengekspor produk-produknya.